Sombong/takabur adalah merasa bangga pada diri sendiri, merasa paling baik atau paling hebat, dan merasa paling benar sehingga menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.
“…Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.”(QS Ghafir[40]:35)
“Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung. Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Tuhanmu.”(QS Al-Isrâ'[17]:37-38)
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara Keledai.”(QS Luqman [31]:18-19)
Ada banyak lagi kok Ayat-ayat Al-Quran yang membahas tentang "hal ini"->Silahkan googling sendiri.
Mungkin kita pernah mendengar ada seorang
.
NB(Catatan): Banyak orang kuliah bukan mencari ilmunya tetapi hanya untuk mengejar gelarnya agar bisa dipasang(disandingkan) bersama namanya. Sehingga menjadi kebanggaan tersendiri ketika ada orang membaca deretan gelar yang terpajang di namanya. Semakin panjang dan banyak deretan gelar di namanya semakin besarlah kebanggaan yang dirasakan (biasanya diterapkan saat acara nikahan).
Maaf ada satu fakta lagi; kuliah agar bisa mendapatkan jodoh dari keluarga berada-> setelah dapat gelar-> menikah, jadi ibu rumah tangga. Lalu dia bisa membanggakan menantunya.Entah mengapa hal ini membuat saya teringat akan suatu adegan dalam film India "3 Idiots" tentang Keledai.
Seringkali kami juga mendengar dia selalu menilai orang dari mempunyai mobil atau tidak.
Ya... dia mempunyai mobil sih, meskipun model dan warnanya sama sekali tidak menarik, keluaran tahun lama, dan bukan merk ternama seperti BMW maupun Ferari. Entah apa yang dipikirkannya(kita bisa menyebut hal ini "epic fail"). Saya tidak bisa mengatakan hal ini akibat profesi yang digelutinya selama ini sebagai Supir Pabrik (dia harusnya bersyukur, beruntung mempunyai majikan yang bisa menggajinya dengan baik).
Padahal banyak cara mendapatkan kekayan dari cara yang termudah(tidak perlu saya contohkan lagi) sampai dengan cara dari usaha hasil keringat sendiri(memulainya dari 0).
NB: Sebenarnya bila ditinjau dari aspek psikologi; perilaku suka memamerkan/menunjukkan materi adalah bentuk ketidakpercayaan diri karena mereka umumnya tidak punya sesuatu dalam dirinya yang patut untuk dibanggakan sehingga memerlukan bantuan berupa material sugesti seperti barang-barang yang dianggap mewah(seperti Kulkas, mobil(yang penting bisa disebut mobil), jimat atau status sosial tertentu untuk menaikkan percaya diri sekaligus menutupi rasa minder. Berharap dirinya dipandang oleh masyarakat. Baca; terobsesi agar dianggap orang kaya.
Berhubung kemarin Hari raya Qurban saya akan menambahkan; “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan daripada kamulah yang mencapainya.” (TQS Al Hajj : 37) [ ]
Jadi hendaknya melakukan qurban karena Allah semata. Niatnya haruslah ikhlas lillahi ta’ala, yang lahir dari ketaqwaan mendalam dalam diri kita. Jadi hilangkan niat berkurban agar dipuji-puji sebagai orang kaya, orang dermawan, peduli kepada masyarakat, dan sebagainya. Sesungguhnya yang sampai kepada Allah SWT adalah taqwa kita, bukan daging dan darah qurban kita.
NB(Catatan tambahan)Pejabat yang dimaksud bukanlah seorang koruptor atau penerima gaji buta(hanya mempunyai satu profesi, tidak nyambi sana-sini meninggalkan kewajiban kantor). Seorang putranya mengalami kecelakaan sehingga uang yang seharusnya untuk biaya kuliah habis di meja operasi. Beberapa tahun kemudian beliau meninggal sehingga sang putra kehilangan seorang pembimbing. Meninggalkan seorang istri dan 5 orang anaknya.
Hmm..., bila yang diajak bicara adalah orang asing yang awam maka orang tersebut hanya bisa diam tanpa tahu harus menjawab apa. Namun bagaimana bila lawan bicaranya adalah seorang yang berbeda dengan dirinya; seseorang yang berpendidikan(mempunyai tata krama & sopan santun) dan kritis?
Saya beri suatu contoh; Pak A, ia mengadakan hajatan(berbagi kebahagiaan) karena pernikahan putrinya. Diadakan selama satu hari satu malam(atau 2 hari ya?). Semua tetangga diundang, kecuali tetangga yang tidak disukainya. Entah makanannya berlebih atau para undangan yang terlalu sedikit, sehingga menyebabkan makan tersisa dan akhirnya dibuang.
Namun mungkin karena ada suatu etika atau hal yang lain, beberapa hari sebelumnya sudah disebarkan sebuah undangan ke seluruh tetangga (tanpa terkecuali) untuk menghadiri resepsi pernikahan yang diadakan di suatu tempat satu hari setelah kejadian di atas.
Hari H seluruh para undangan beramai-ramai hadir kesana.
Saya tidak akan berkomentar tentang Upacara Pedang Pora-nya.
{{{Update: (hal ini sengaja tidak saya tulis sebelumnya karena merasa kasihan dan tidak perlu saya katakan pada waktu itu. Hal inilah yang sebenarnya menjadi alasan utama kenapa saya sampai menulis post ini untuk dibahas dan memberikannya judul yang sesuai yaitu "Kesombongan yang tidak perlu".
Karena waktu itu pernikahan mereka masih baru-barunya... kasihan kalau ada kenapa-kenapa. Karena hal ini sudah lama.. mereka sudah punya anak lebih dari satu... jadi ada baiknya saya tulis sekarang) ;
Hanya saya masih ingat saat itu , saat saya menyalami mengucapkan selamat (padahal waktu itu saya mengucapkannya tulus lho) dia membalasnya dengan sedikit menengadahkan dagunya ke atas, membusungkan dadanya, dengan muka tanpa ekspresi, matanya tidak manatap saya (hanya menempelkan tangannya saja) dan setelah meninggalkan panggung sayup-sayup saya mendengar ia berkata "Batik yang saya kenakan paling peninggalan ayah saya (mungkin karena bagus, padahal saya beli sendiri. Menghargai undangan dengan pakaian yang bagus malah dikatain seperti itu) dan... Apa adik saya bisa mendapatkan suami seperti anaknya"(baca; bangga mendapatkan menantu yang berasal dari keluarga kalangan menengah keatas). Saya yakin menantunya mendengar hal itu dengan jelas karena ada disebelahnya. Kalau dia berani mengatakan hal ini bohong dan fitnah, maka ia bukan hanya tidak tahu malu, tapi juga memang sudah tidak takut dosa.
Padahal beberapa hari kemudian banyak orang yang berkata, terkejut anaknya bisa mendapat suami yang "berbeda". Maaf terpaksa saya katakan ; padahal orang-orang mengatakan anaknya itu (dalam bahasa Jawa) *****, *****, **** yang dilihat darinya pasti hanya karena ia masih perawan yang mereka katakan sangat wajar melihat kualitas dirinya yang seperti itu ,
Beberapa bulan sebelumnya di kampung yang sama, Mas B juga mengadakan pernikahan. Resepsi di sebuah gedung. Hanya para undangan kerabat yang diundang dan hadir disana. Hari sesudahnya Mas B mengulang mengadakan resepsi kecil-kecilan di Kampungnya, Acara pernikahan di Gedung sebelumnya diputar di Video. Kali ini seluruh tetangga diundang tanpa terkecuali.
Bila dibandingkan dengan "You know who" , kelakuan mereka sama minusnya, hanya beda nasib saja. "You know who"/si Fandi masih muda, berhasil menjadi pns, dan mempunyai istri yang cantik(sekalipun anda2 bisa menebak alasan maunya).
Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Silahkan juga baca artikel "Bersyukur".
Kesombongan tentang makanan
Kesombongan tentang makanan
Balas dendam yang benar dalam Islam
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).