Ghibah artinya membuka aib yang ada pada diri seseorang dengan maksud menjelek jelekannya atau agar orang membencinya tanpa alasan yang dbenarkan syariat(menggunjing).
Fitnah adalah perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan, memecah belah dan menghancurkan seseorang/suatu kaum/generasi/suatu bangsa.
Beruntunglah kita-kita yang bisa menjaga lisannya. Karena mulutmu adalah harimaumu , itulah yang akan saya bahas kali ini.
Disini saya mengajak para pembaca agar dapat mengetahui ciri-ciri pendengki di sekitar kita. Mereka-mereka yang suka mengamalkan kedengkiannya dengan menyebar ghibah dan fitnah. Dan bagaimana menyikapi bila ada orang seperti ini di lingkungan kita. Bagaimana apalagi ternyata anda adalah subyek si pendengki. Wooh mengerikan...
Oh salah, anda adalah orang yang beruntung bila sampai hal ini terjadi kepada anda. Itu berarti anda memiliki banyak hal yang tidak dimiliki oleh sang pendengki. Dan hal selanjutnya akan saya bahas nanti.
Islam tidak menganjurkan umatnya untuk mempunyai sifat pendendam. Rasa dendam sendiri mempunyai efek negatif terhadap diri kita, baik dari segi fisik maupun rohani. Memaafkan adalah opsi terbaik .
"Tidaklah seseorang memafkan kezaliman (terhadap dirinya) kecuali Allah akan menambah kemuliannya" (HR. Ahmad, Muslim dan At Tirmidzi).
Lalu bagaimana dengan membela diri saat terzalimi?
"Dan bagi orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa yang memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah, sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.
Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri setelah teraniaya tidak ada satupun dosa atas mereka, sesungguhnya dosa itu atas orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat adzab yang pedih. Tetapi orang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang amat utama" (QS. Asy Syuro: 39-43).
Adapun hukuman bagi orang yang mendzalimi/menyakiti diri kita;
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. Al Akzab:58)
“Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka) . Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim,” (QS. Al A’raaf [7]: 41)
Sebagaimana Allah tegaskan di dalam al-Qur’an: “Fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan ( QS : Albaqarah: 191) “Fitnah itu lebih besar dosanya dari pada membunuh.” ( QS : Albaqarah: 217)
Apabila orang menjadi pendengar ghibah/fitnahnya adalah segolongan dengannya, maka gayungpun bersambut, obrolan akan menjadi seru. Namun bagaimana bila orang yang menjadi sasaran penyebaran ghibah/fitnahnya sama sekali berbeda dengan dirinya; seseorang yang berfikir, seseorang yang mempunyai akhlak , yang mempunyai iman. Pasti tidak akan menelan begitu saja apa yang didengarkannya. Karena telah nampak siapa dirinya yang sebenarnya. Bila kita adalah golongan ini; yang akan dan harus kita lakukan adalah tidak menanggapinya, alihkan saja pembicaraan ke hal lain. Tidak ada faedahnya menanggapi hal-hal tersebut. Kalau dia masih belum mengerti juga, katakan saja bahwa anda ada keperluan yang harus dikerjakan.
Oleh si pendengki bila kita bersikap tidak seperti yang diharapkannya maka ia akan menggerutu; tidak akan menganggap diri kita temannya. Hanya ancaman lemah seperti itulah yang bisa ia kemukakan, sepertinya hanya "pertemanan" itulah yang bisa ia tawarkan. Sedangkan bagi kita tidak ada kerugian apapun terhadap kita tentang hal itu.
Namun kita harus tetap waspada terhadap pendengki di sekitar kita, karena bisa jadi orang yang tidak berpengetahuan dan mempunyai iman yang tidak tebal dapat terjerumus dan ikut-ikutan meneruskan ghibah/fitnah yang disampaikannya. Jadi pengikutnya si pendengki gitu deh. Hal itu pasti membuat
Diriwayatkan bahwa Yahya bin Abi Katsir pernah berkata, “Seseorang yang baik perkataannya dapat aku lihat dari amal-amal perbuatannya, dan orang yang jelek perkataannya pun dapat aku lihat dari amal-amal perbuatannya
Secara umum ciri-ciri pendengki yang mengamalkan kedengkiannya dengan menyebarkan ghibah dan fitnah itu sama;
Ciri yang paling ketara adalah "Sudah putus urat malunya". Jangankan menyebarkan ghibah dan fitnnah. Dalam kesehariannya ia juga tidak segan-segan berbicara hal-hal yang tidak seharusnya/sepantasnya dibicarakan di depan umum. Misal berbicara hal-hal vulgar/saru bahkan di pertemuan umum(seperti pertemuan RT misalnya), sekalipun ada anak kecil di sana. Padahal ada beberapa anak kecil yang rasa ingin tahunya tinggi dan pasti mencari tahu apa yang hal yang ia bicarakan. Tidak jarang ia bahkan berbicara sendiri kepanjangan dari suatu kata yang kepanjangannya itu kata-kata vulgar/saru yang ia bikin sendiri. Kalau saya pribadi sampai mendengar hal itu tentunya saya tidak perlu tertawa karena menertawakan hal yang tabu itu suatu kemunduran menurut saya. Berbeda dengannya, saya terbiasa membuat humor cerdas.
Menganggap hal-hal vulgar/saru itu hal yang sangat biasa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Sesungguhnya ada seseorang yang mengucapkan kalimat yang ia anggap biasa tetapi karenanya ia terjun ke neraka sejauh tujuh puluh tahun.”
“Orang mukmin bukanlah orang yang suka menghujat, mengutuk, berkata keji dan jorok” (HR Tirmidzi)
Teman-teman pembaca, menghadapi orang seperti ini. Kita mempunyai cara terbaik untuk membalasnya Yaitu
"Apabila ada seseorang yang mencacimu atau menjelek-jelekkanmu dengan aib yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah kamu balas memburukkannya dengan aib yang kamu ketahui ada padanya. Maka pahalanya untuk dirimu dan dosanya untuk dia" (HR Al Muhamili dalam Amalinya No 354, Hasan).
Jangan menjadi seperti dirinya membalas fitnah dengan fitnah.
Tidak usah dipedulikan, ingatlah selalu peribahasa "Anjing menggonggong, khafilah berlalu".
Biarkan si Dungu itu meneruskan kebodohannya (MUHAHAHA)
Note: Artikel ini untuk menambah pengetahuan dan bagi para calon-calon pendengki yang membacanya agar berfikir kembali bila akan melakukan hal-hal tidak berfaedah tersebut.
Baca juga Artikel;
Kesombongan yang tidak perlu (NEW UPDATE)
Kesombongan tentang makanan
Bersyukur
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).